IKNone.com | Sinjai – Informasi seputar jalan rusak di pedesaan dan infrastruktur lainnya, membuka mata publik akan kualitas pekerjaan infrastruktur yang di bawah standar. Salah seorang aktifis pemerhati sosial kemasyarakatan Kahar,Selasa (21/11/2023, menilai, fakta tersebut jadi bukti terjadinya kesenjangan sosial di tengah masyarakat pedesaan.
Kesenjangan pembangunan infrastruktur jalan,lanjutnya, masih dirasakan masyarakat. Terutama infrastruktur jalan yang belum sebulan dikerjakan, sudah mengalami keretakan pada badan jalan, terkelupas bahkan mengalami patah pada badan jalan.
Dia menambahkan, fakta lapangan lain menunjukkan, di beberapa desa semisal di Desa Bonto, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, terkesan terjadi kesenjangan infrastruktur yang masih jauh. Di tengah gencarnya pembangunan frastruktur jalan rabat beton, menunjukkan bahwa , terindikasi ada ketimpangan kepentngan.
Bermasalah ?
Pengamatan pada pekerjaan infrastruktur jalan rabat beton, Kahar mencontohkan, di Dusun Bululohe, Desa Bonto dipantau adanya pekerjaan pelaksanaan pembangunan desa, dengan jenis kegiatan pembangunan jalan perkuburan Kamponge, yang terindikasi sarat masalah.
Diantara masalah yang menyelimuti pekerjaan di Bululohe dengan pagu anggaran sebesar Rp69.602.982,76 itu, lanjut Kahar, pertama, tidak diketahuinya masa pekerjaan dimulia dan kapan berakhir. Kedua, upah tenaga kerja dinilai kemahalan yakni sebesar Rp11.380.000,00, yang terindikasi tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja dan waktu pekerjaan.
Selanjutnya yang ketiga, tambah Kahar, tehnis pekerjaan yang terindikasi tidak bersesuain dengan RAB dan regulasi lainnya, dimana pekerjaan yang baru seminggu dikerjakan, sudah terlihat ada keretakan dan terkelupas sebanyak17 titik di ruas jalan tersebut,
Keempat, pada soal pencampuran bahan material juga terindikasi tidak bersesuaian denga ketentuannya, yang mengakibatkan timbulnya keretakan dan terkelupas pada ruas jalan rabat beton yang bervolume 100X1X0,15 M, itupun soal volumenya, diragukan tidak bersesuaian dengan RAB nya.
Serta yang keempat, tambah Kahar,
penggunaan bahan material khususnya batu cepping kurang maksimal, terlebih menggunakan molen dalam pengadukan bahan material yang juga terindikasi kurang optimal dalam mengaduknya.
“Hal klasik, bukan lantaran dikerjakan pada musim kemarau, justru bisa jadi memamg soal optimalisasi pengadukan bahan material pada molen dan adukan manual yang kurang maksimal,” tandas Kahar.
Dan terakhir, tidak jelasnya jenis pekerjaan rabat beton tersebut. Dimana yang terlihat di lapangan, pekerjaan rabat betonnya berupa roll ban atau lazom disebut rabat beton sebelas. Hal mana tidak adanya transparansi pada papan proyeknya, apakah rabat beton full atau roll ban, dimana pada tengah ruas jalan tidak dirabat.
Untuk membuktikan apakah pekerjaan itu bersesuaian dengan RAB,Juknis dan regulasilainnya, menurut Kahar, pihaknya akan melaporkan pekerjaan infrastruktur tersebut ke pihak Tipidkor Polres Sinja,untuk menghindari timbulnya potensi kerugian keuangan Negara yang dikucurkan ke desa tersebut.
Hal ini dilakukan, lanjutnya, sebagai upaya menjabarkan fungsi pengawasan untuk kepentingan masyarakat di desa itu sendiri, yang ujung-ujungnya untuk peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.(Alias)